FastZers
silahkan login atau register dulu ya...!

Join the forum, it's quick and easy

FastZers
silahkan login atau register dulu ya...!
FastZers
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
FastZers

Sharing and intertainment Community


You are not connected. Please login or register

Tiga Karung Beras

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

1Tiga Karung Beras  Empty Tiga Karung Beras Fri Jun 24, 2011 11:26 pm

Jaka-kentir

Jaka-kentir

Tiga Karung Beras

Tiga Karung Beras  Carl-mydans-old-chinese-peasant-woman

Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan
uang. Kisah ini adalah
kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin,
yang memiliki seorang anak
laki-laki.


Ayahnya sudah meninggal dunia,
tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang. Ibunya bersusah payah seorang membesarkan
anaknya, saat itu kampung
tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca
buku, sang anak tersebut
diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya
dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.


Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki
sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit
rematik yang parah
sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah. Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan
membawa tiga puluh kg
beras untuk dibawa kekantin sekolah.


Sang anak
mengerti bahwa ibuya tidak
mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras
tersebut. Dan kemudian berkata kepada ibunya:

" Ma, saya
mau berhenti sekolah dan
membantu mama bekerja disawah".

Ibunya
mengelus kepala anaknya dan berkata
: "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah
senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama
sudah melahirkan kamu,
pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah
pergi daftarkan kesekolah
nanti berasnya mama yang akan bawa kesana".


Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau
mendaftarkan kesekolah,
mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini
adalah pertama kalinya sang
anak ini dipukul oleh mamanya.


Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang
ibunya terus berpikir dan
merenung dalam hati sambil melihat bayangan
anaknya yang pergi menjauh.


Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan
nafas tergesa-gesa Ibunya
datang kekantin sekolah dan menurunkan
sekantong beras dari bahunya. pengawas yang bertanggung jawab menimbang
beras dan membuka kantongnya dan
mengambil segenggam beras lalu menimbangnya
dan berkata :


" Kalian para
wali murid selalu suka mengambil keuntungan
kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira
kantin saya ini tempat
penampungan beras campuran".


Sang ibu ini pun
malu dan berkali-kali
meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.


Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong
beras dan masuk kedalam
kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil
sekantong beras dari
kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis
yang mengerut dan berkata:

"Masih dengan beras yang sama".

Pengawas itupun
berpikir, apakah kemarin
itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan
kemudian berkata :


"Tak perduli
beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima
tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras
yang dimasak tidak bisa
matang sempurna.
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa
menerimanya" .


Sang ibu sedikit takut dan berkata :

"Ibu pengawas,
beras dirumah kami
semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu
pun tidak mau tahu dan
berkata :

"Ibu punya berapa hektar tanah sehingga
bisa menanam bermacam-macam jenis beras".

Menerima pertanyaan seperti
itu sang ibu tersebut
akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.


Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali
kesekolah. Sang pengawas
kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan
berkata:


"Kamu sebagai mama
kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap
membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !".



Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di
depan pengawas tersebut
dan berkata:


"Maafkan saya bu, sebenarnya beras
ini saya dapat dari
mengemis".

Setelah mendengar kata sang ibu,
pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Sang ibu tersebut
akhirnya duduk diatas lantai,
menggulung celananya dan memperlihatkan
kakinya yang sudah mengeras dan
membengkak. Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata:


"Saya menderita rematik
stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun
susah, apalagi untuk bercocok
tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau
berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah.

Tapi saya melarang
dan menyuruhnya bersekolah
lagi."

Selama ini dia tidak memberi tahu sanak
saudaranya yang ada dikampung
sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri
anaknya. Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong
dan bantuan tongkat pergi
kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari
sudah gelap pelan-pelan
kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal
bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah. Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air
mata Pengawas itupun
mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu
tersebut dari lantai dan berkata:



"Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala
sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu."

Sang
ibu buru- buru menolak dan
berkata:

"Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi
mengemis untuk sekolah
anaknya, maka itu akan menghancurkan harga
dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu
dengan kebaikan hati ibu
pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia
ini."


Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala
sekolah. Secara diam- diam
kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan
biaya hidup anak tersebut
selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian,
sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing Hua dengan nilai
627 point.


Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja
mengundang ibu dari anak
ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini
merasa aneh, begitu banyak
murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa
hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih
terdapat tiga kantong beras.


Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan
dan menceritakan kisah
sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya
bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong
beras itu dengan penuh haru
dan berkata :


"Inilah sang ibu dalam cerita tadi."


Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat
luar biasa untuk naik
keatas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu
melihat kebelakang dan
melihat gurunya menuntun mamanya berjalan
keatas mimbar. Sang ibu dan sang
anakpun saling bertatapan.

Pandangan mama yang
hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan
merangkul erat mamanya dan
berkata:

"Oh Mamaku...... .........


.. Inti dari Cerita ini adalah:

Pepatah mengatakan:

"Kasih ibu sepanjang masa,
sepanjang jaman dan
sepanjang kenangan"

Inilah kasih seorang mama
yang terus dan terus memberi
kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari
sang anak. Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak
kenal lelah dengan satu
harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta
sukses dimasa depannya.



Mulai sekarang, katakanlah kepada mama
dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat: "
Terimakasih Mama.. Aku
Mencintaimu,
Aku Mengasihimu.
selamanya".

Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik