FastZers
silahkan login atau register dulu ya...!

Join the forum, it's quick and easy

FastZers
silahkan login atau register dulu ya...!
FastZers
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
FastZers

Sharing and intertainment Community


You are not connected. Please login or register

Pelajaran Tersenyum.. :)

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

1Pelajaran Tersenyum.. :) Empty Pelajaran Tersenyum.. :) Fri Jun 24, 2011 11:30 pm

Jaka-kentir

Jaka-kentir

Pelajaran Tersenyum.. Smile

Pelajaran Tersenyum.. :) Smiling-girl

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja
menyelesaikan kuliah. Kelas terakhir yang saya
ambil adalah sosiologi.
Dosen kami adalah seorang
yang sangat inspiratif dengan kualitas yang saya
harapkan setiap orang memilikinya.
Tugas
terakhirnya diberi nama "Tersenyum".


Seluruh mahasiswa diminta untuk pergi keluar dan
tersenyum kepada tiga orang dan
mendokumentasikan reaksi mereka. Saya adalah seorang yang mudah bersahabat,
selalu tersenyum pada setiap orang, dan menyapa
"hallo".


Saya pikir, tugas ini sangatlah mudah.
Segera setelah menerima tugas itu, saya bersama
suami dan anak bungsu saya pergi ke restoran
McDonald's. Waktu itu pagi di bulan Maret yang sangat dingin dan kering. Kami berdiri dalam antrian menunggu untuk
dilayani. Tiba-tiba semua orang di sekitar kami
menyingkir, bahkan suami saya ikut menyingkir.

Saya tidak bergerak sama sekali. Suatu perasaan
panik menguasai diri saya. Saya berbalik untuk
melihat mengapa mereka semua menyingkir. Ketika itulah saya membaui suatu "bau badan
kotor" yang sangat menyengat.


Tepat di belakang
saya berdiri dua orang lelaki tunawisma. Ketika saya memandang laki-laki yang lebih
pendek, yang berdiri dekat dengan saya, ia
"tersenyum".

Matanya berwarna biru langit indah
seakan berharap untuk dapat diterima.
"Good day,"

katanya sambil menghitung beberapa koin yang
telah ia kumpulkan. Lelaki yang kedua berdiri di belakang temannya. Tangan bergerak-gerak aneh.
Saya menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita
keterbelakangan mental.

Sedangkan lelaki bermata
biru adalah penolongnya. Saya menahan haru
ketika berdiri di sana bersama mereka. Wanita
muda di counter menanyai pesanan lelaki itu.
Yang lalu dijawabnya,

"Kopi saja, nona"

karena hanya
itulah yang mampu mereka beli. Asal tahu saja, jika
ingin duduk di dalam restoran dan
menghangatkan tubuh, kita harus membeli
sesuatu. Ia hanya ingin menghangatkan badan.

Kemudian saya benar-benar merasakan desakan
yang sedemikian kuat sehingga saya hampir saja
merengkuh dan memeluk lelaki kecil bermata biru
itu. Tetapi saya menyadari bahwa semua mata di
restoran menatap saya, menilai semua tindakan
saya.

Saya tersenyum dan berkata pada wanita di belakang counter untuk memberikan pada saya
dua paket makan pagi lagi dalam nampan terpisah. Kemudian saya berjalan melingkari sudut ke arah
meja yang telah dipilih kedua lelaki itu sebagai
tempat istirahatnya. Saya meletakkan nampan itu
di atas meja. Saya menyentuh tangan tangan
dingin lelaki bermata biru itu. Ia melihat ke arah
saya, dengan air mata berlinang ia berkata

"Terima kasih."

Saya menepuk tangannya dan berkata,

"Saya tidak
melakukannya untukmu. Tuhan berada di sini
bekerja melalui diriku untuk memberimu harapan.


"
Saya mulai menangis ketika saya berjalan
meninggalkannya dan bergabung dengan suami
dan anak saya. Ketika saya duduk, suami saya tersenyum dan berkata,


"Itulah sebabnya mengapa
Tuhan memberikan kamu kepadaku, Sayang. Untuk
memberiku harapan."


Kami saling berpegangan
tangan. Saat itu kami tahu bahwa hanya karena
rahmat-Nyalah kami dapat memberikan sesuatu
pada orang lain.


Hari itu, cahaya kasih Tuhan yang murni dan indah ditunjukkan pada saya.



--------



Saya kembali ke kampus, pada hari terakhir kuliah,
dengan cerita ini di tangan.
Saya menyerahkan
"proyek" itu dan dosen membacanya. Kemudian ia
memandang saya dan berkata,

"Bolehkan saya
membagikan ceritamu kepada yang lain?"

Saya mengangguk perlahan. Kemudian ia meminta
perhatian dari kelas. Ia mulai membaca dan saat itu
saya tahu bahwa kami, sebagai manusia dan
bagian dari Tuhan, membagikan pengalaman ini
untuk menyembuhkan dan untuk disembuhkan. Dengan caraku sendiri saya telah menyentuh
orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku,
anakku, guruku, dan setiap jiwa yang menghadiri
ruang kelas di malam terakhir saya sebagai
mahasiswi.


Saya lulus dengan satu pelajaran
terbesar yang pernah saya pelajari :

"Penerimaan Tanpa Syarat".

Banyak cinta dan kasih sayang yang
dikirimkan kepada setiap orang yang mungkin
membaca cerita ini dan mempelajari bagaimana
untuk
"Mencintai Sesama Dan Memanfaatkan
Benda-Benda - Bukannya Mencintai Benda Dan
Memanfaatkan Sesama."

Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik